Ekspor Motor Rakitan Indonesia Turun 11 Persen pada November 2025
Kilasotomotif.id – Badan data dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) menunjukkan bahwa ekspor motor rakitan (“Completely Built-Up” / CBU) dari Indonesia mengalami penurunan sekitar 11 persen pada November 2025 dibandingkan bulan sebelumnya.
Penurunan ini terjadi setelah rebound ekspor di Oktober 2025, ketika volume kiriman CBU sempat naik mencapai 49.009 unit.
Data penurunan ekspor ini mencerminkan tantangan yang dihadapi sektor otomotif roda dua Indonesia. Penurunan ekspor tidak hanya berdampak pada produsen, tetapi juga terhadap rantai pasokan komponen, logistik, dan target industri otomotif nasional.

Faktor di Balik Penurunan Ekspor & Penjualan
Menurut laporan AISI dan data terkini di pasar dalam negeri, penjualan sepeda motor domestik juga mencatat penurunan bulan ke bulan — turun 11,31% pada November 2025 dibandingkan bulan sebelumnya.
Korelasi antara menurunnya pasar domestik dengan melemahnya ekspor menunjukkan bahwa otomatis distribusi, produksi, dan permintaan global atau regional ikut tertekan.
Analis industri mengemukakan beberapa faktor yang mungkin berkontribusi terhadap penurunan ini:
- Perlambatan permintaan global — eksportir Indonesia harus bersaing di pasar internasional yang kini mengalami penurunan daya beli dan ketidakpastian ekonomi di banyak negara.
- Kondisi ekonomi dan daya beli dalam negeri — melemahnya penjualan domestik membuat produsen menahan produksi dan pengiriman ke luar negeri.
- Penyesuaian produksi oleh pabrikan — untuk menjaga stok dan menghindari over supply, perusahaan otomotif tampaknya memilih menurunkan volume produksi seiring pelemahan permintaan.
Dampak terhadap Industri & Rantai Nilai
Penurunan ekspor motor rakitan membawa beberapa implikasi bagi sektor otomotif di Indonesia:
- Pendapatan industri tertekan — produsen dan eksportir berpeluang mengalami penurunan pendapatan dari pasar ekspor dan berkurangnya skala produksi.
- Rantai suplai komponen bisa terganggu — pemasok komponen lokal dan eksportir suku cadang bisa merasakan penurunan permintaan dari pabrikan, sehingga berdampak terhadap fabrikasi dan lapangan kerja.
- Target ekspor tahunan sulit tercapai — jika penurunan berlanjut dalam beberapa bulan ke depan, target produksi dan ekspor tahun 2025 bisa meleset.
- Ketidakpastian bagi investor & pelaku industri — melemahnya ekspor dan penjualan domestik bisa mempersulit rencana ekspansi atau investasi baru dalam sektor otomotif/fasilitas produksi.
Upaya Produsen & Pelaku Industri
Menyikapi kondisi ini, pelaku industri dan pabrikan di Indonesia perlu mengambil sejumlah langkah strategis, antara lain:
- Menyesuaikan produksi dengan permintaan aktual, agar tidak terjadi over-stock yang bisa membebani biaya penyimpanan dan distribusi.
- Diversifikasi pasar ekspor — mencari pasar baru di luar negara tradisional, termasuk memperluas ekspor ke kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
- Meningkatkan daya saing produk melalui fitur, efisiensi bahan bakar, atau teknologi — untuk menarik pembeli di pasar global yang kini selektif.
- Mengoptimalkan rantai suplai & logistik agar biaya produksi dan ekspor bisa ditekan, menjaga margin keuntungan di tengah permintaan menurun.
Perspektif dan Tantangan ke Depan
Industri sepeda motor Indonesia kini berada di persimpangan penting. Sektor ini telah lama mengandalkan kombinasi pasar domestik dan ekspor untuk mempertahankan volume produksi. Penurunan ekspor seperti saat ini menjadi peringatan bahwa ketergantungan pada pasar luar negeri harus diimbangi adaptasi terhadap dinamika global.
Dengan harga bahan bakar, inflasi global, dan fluktuasi ekonomi di banyak negara, permintaan motor rakitan (baik CBU maupun CKD) diperkirakan akan terus bergejolak. Oleh karena itu, pabrikan perlu proaktif menyiapkan strategi jangka panjang — dari inovasi produk, efisiensi produksi, hingga penetrasi pasar baru.
Kesimpulan
Penurunan ekspor motor rakitan Indonesia sebesar ±11% pada November 2025 mencerminkan tekanan nyata di sektor otomotif nasional — dampak dari pelemahan permintaan domestik dan fluktuasi pasar global. Tren ini menuntut adaptasi cepat dari produsen, eksportir, dan seluruh stakeholder dalam rantai pasokan. Ke depannya, keberlanjutan industri memerlukan diversifikasi pasar, efisiensi produksi, dan inovasi untuk menjaga daya saing di tengah ketidakpastian global.

